Monday, July 3, 2017

Tugas Konservasi Arsitektur Bank Indonesia Cirebon

KONSERVASI ARSITEKTUR
GEDUNG BANK INDONESIA CIREBON, JAWA BARAT.

            Pengertian Konservasi Arsitektur

            Theodore Roosevelt (1902) merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi yang berasal dari kata conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian tentang upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use).

Pada awalnya konsep konservasi terbatas pada pelestarian bendabenda/monumen bersejarah (biasa disebut preservasi). Namun konsep konservasi tersebut berkembang, sasarannya tidak hanya mencakup monumen, bangunan atau benda bersejarah melainkan pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi.

Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap terpelihara.

Menurut Danisworo (1991), konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya. Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dari aspek proses disain perkotaan (Shirvani, 1985), konservasi harus memproteksi keberadaan lingkungan dan ruang kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah dan juga aktivitasnya.

Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya preservasi namun dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/memberi wadah bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya. Dengan kata lain konservasi suatu tempat merupakan suatu proses daur ulang dari sumber daya tempat tersebut.

Tujuan Konservasi

Menurut David Poinsett, Preservation News (July, 1973. p5-7), keberadaan preservasi objek-objek bersejarah biasanya mempunyai tujuan:
·         Pendidikan
Peninggalan objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi akan memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang, tentang masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan semangat masa lalu.
·         Rekreasi
Adalah suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana orang-orang terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan kita sekarang.
·         Inspirasi
Patriotisme adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar jika kita tetap mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita sebenarnya, bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan mulia pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap mempertahakan konsep-konsep tersebut.
·         Ekonomi
Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana usahausaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti fungsinya telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang mendatangkan keuntungan.

Manfaat Konservasi

·         Memperkaya pengalaman visual
·         Memberi suasana permanen yang menyegarkan
·         Memberi kemanan psikologis
·         Mewariskan arsitektur
·         Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional

Skala / Lingkup Konservasi

·         Lingkungan Alami (Natural Area)
·         Kota dan Desa (Town and Village)
·         Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
·         Kawasan (Districts)
·         Wajah Jalan (Street-scapes)
·         Bangunan (Buildings)
·         Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

Kriteria Konservasi

·         Estetika
·         Kejamakan
·         Kelangkaan
·         Keistimewaan
·         Peranan Sejarah
·         Penguat Kawasan di Sekitarnya

Peran Arsitek Dalam Konservasi
A.    Internal:
·         Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
·         Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
·         Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.

B.    Eksternal:
·         Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
·         Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
·         Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
·         Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.

Gedung Bank Indonesia Cirebon, Jawa Barat


Gedung Bank Indonesia Cirebon di Jl. Yos Sudarso merupakan salah satu gedung tua peninggalan jaman kolonial Belanda yang sampai sekarang masih berdiri dengan megah, cantik dan anggun di Kota Cirebon. Di jalan ini memang cukup banyak dijumpai bangunan tua, menandai bahwa sejak jaman dahulu jalan ini merupakan jalan utama perekonomian.

Lokasi Gedung Bank Indonesia Cirebon ini sangat dekat dengan lokasi Gedung Bank Mandiri yang sebelumnya saya kunjungi, dan juga dekat dengan lokasi beberapa gedung tua lainnya yang telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya oleh pemerintah daerah setempat. Bagaimana pun sejarah sebuah kota bisa disegarkan dengan bangunan tua yang dimilikinya.

Gedung Bank Indonesia Cirebon sebelumnya merupakan Kantor Cabang ke-5 dari De Javasche Bank (DJB), yang dibuka pada 31 Juli 1866 dengan nama Agentschap van De Javasche Bank te Cheribon, namun baru beroperasi pada 6 Agustus 1866. Kantor cabang DJB yang telah lebih dulu dibuka adalah kantor DJB di Semarang, Surabaya, Padang, dan Makasar.


     Gedung Bank Indonesia Cirebon memiliki dua gedung yang bersisian. Seorang pembaca, bung Nanan, menulis bahwa Gedung Bank Indonesia pada foto yang letaknya berada di sebelah kiri dan menghadap langsung ke gapura candi bentar adalah bangunan yang baru dibangun kemudian namun rancangannya menyesuaikan dengan bangunan aslinya.

Penggunaan gapura candi bentar banyak terlihat digunakan di gedung-gedung yang ada di Kota Cirebon, baik gedung tua maupun yang baru. Ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah setempat memberi tempat dan penghargaan yang tinggi pada budaya dan tradisi Nusantara. Sesuatu kebijakan yang patut mendapat pujian dan dukungan masyarakat.


        Jika bangunan baru Gedung Bank Indonesia Cirebon lebih terkesan melebar, maka bangunan aslinya terkesan lebih meninggi, memanjang ke belakang, lebih ramping, dan ada sebuah menara serta kubah pada puncak bagian depannya. Pilar-pilar silindris model bangunan Romawi dan jendela yang tinggi juga terlihat pada bangunan gedung yang asli.

Pagar di bagian depan Gedung Bank Indonesia Cirebon tampaknya dipertahankan sebagaimana aslinya. Adalah P.J. Janssens, seorang Notaris berkebangsaan Belanda di Cirebon, yang ditunjuk sebagai pimpinan Kantor Cabang DJB Cirebon yang pertama. Sedangkan posisi komisaris dan wakil komisaris dipercayakan pada J.W. Peter dan P. van Waasdjik.

Undang-Undang Pokok Bank Indonesia yang terbit pada 1953 menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran, serta tugas penting lain terkait pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan DJB.


        Tampak samping Gedung Bank Indonesia Cirebon yang asli ini masih terlihat berdiri kokoh, cantik dan anggun, serta terawat dengan baik. Dari catatan sejarah, perencanaan arsitektur Gedung De Javasche Bank yang sekarang menjadi bagian dari Gedung Bank Indonesia Cirebon itu dilakukan oleh Biro Arsitek F.D. Cuypers & Hulswit.

DJB didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 1828 sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Pembukaan kantor cabang DJB di Cirebon di Jl Kampong Tjangkol No.5 (sekarang Jl Yos Sudarso No.5) ini dilakukan berdasarkan surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 63 tanggal 31 Juli 1866.

Acara peletakan batu pertama untuk pembangunan gedung Kantor Cabang DJB Cirebon ini dilakukan oleh Jan Marianus Gerritzen, anak Direktur M.J. Gerritzen, pada 21 September 1919. Gedung Bank Indonesia Cirebon ini kabarnya merupakan satu-satunya gedung Kantor Bank Indonesia warisan De Javasche Bank yang hanya mempunyai satu kubah.

          Adalah baik bahwa kita memiliki cukup banyak bangunan tua yang cantik, yang meski warisan kolonial, namun dibangun dengan keringat rakyat dan harta bangsa Indonesia. Menjadi pertanyaan yang menggelitik adalah bangunan semacam apa yang ditinggalkan arsitek generasi 50-an, generasi 60-an atau generasi sekarang, yang bisa dibanggakan.

sumber:

No comments:

Post a Comment